Ujaran Kebencian di Indonesia Semakin Menguat, Ini Dia Penyebabnya
Poin-poin penting itu diungkapkan Direktur Operasional Imparsial, Batara Ibnu Reza, saat menjadi pembicara dalam dialog bertema 'Ujaran Kebencian dalam Kontestasi Politik dan Ancaman Konflik Sosial' yang dilaksanakan Pusat Studi Hak Asasi Manusia (Pusham) Universitas Negeri Medan.
"Politik Indonesia masih menghalalkan segala cara untuk merebut kekuasaan. Ada juga polarisasi di masyarakat akibat politik kebencian yang digunakan tahun 2014 dan masih terus dimanfaatkan elite politik," kata Batara di Ruang Pusat Bahasa Unimed.
Sementara, lanjut Batara, implikasi menguatnya ujaran kebencian itu adalah dinamika politik, ekonomi dan keamanan, ancaman bagi demokrasi, HAM, kebhinnekaan dan kerukunan masyarakat serta menyuburkan paham radikalisme.
Lebih jauh ia menjelaskan, ujaran kebencian bentuk ekspresi yang bisa mendorong, menghasut orang lain untuk berbuat kekerasan terhadap anggota kelompok tertentu. "Intinya, ujaran kebencian bukan bagian dari kebebasan berekspresi," tegas Batara.
Selain Batara, hadir juga Kepala Pusham Unimed, Majda El Muhtaj, Rektor Unimed, Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, dan Ditreskrimsus Polda Sumut, Yossiar Simarmata.
Menurut Yossiar, ujaran kebencian sejatinya meliputi beberapa hal, seperti penghinaan, pencemaran nama baik, menghasut, menyebarkan berita bohong, penistaan dan lain lain.
"Bentuk hoax itu bisa tulisan dan gambar yang tujuannya untuk mencari sensasi," paparnya.
Berbeda dengan Batara dan Yossiar, Prof Syawal, menjelaskan penyebab munculnya ujaran kebencian tersebut.
Ia mengatakan, pendidikan menuntut orang untuk bertanggungjawab, namun orang yang menyebarkan ujaran kebencian, sama sekali tidak memiliki tanggung jawab.
"Ada empat medium agar tidak terjadi ujaran kebencian, yakni iman taqwa, akhlak, sehat jasmani dan rohani serta cerdas bernalar," jelas Prof. Syawal.
Lanjutnya, mengapa orang ingin menyampaikan ujaran kebencian. "Karena nalarnya tidak berjalan. Bernegara, berbangsa dan beragama juga harus bernalar. Jika nalar tidak jalan, maka akan lahir agama tanpa Tuhan," tuturnya.***
Editor | : | Wen |
Sumber | : | Analisa |
Kategori | : | Sumatera Utara, Umum |