Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Tournament Meriah dan Seru, Terima Kasih Medan!
Olahraga
14 jam yang lalu
Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Tournament Meriah dan Seru, Terima Kasih Medan!
2
Tumpukan Sampah di Pesisir Marunda Kepu Dibersihkan
Pemerintahan
15 jam yang lalu
Tumpukan Sampah di Pesisir Marunda Kepu Dibersihkan
3
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
11 jam yang lalu
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
4
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
Olahraga
13 jam yang lalu
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
5
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
Olahraga
12 jam yang lalu
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
6
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
Olahraga
11 jam yang lalu
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
Home  /  Berita  /  Sumatera Utara

Ujaran Kebencian di Indonesia Semakin Menguat, Ini Dia Penyebabnya

Ujaran Kebencian di Indonesia Semakin Menguat, Ini Dia Penyebabnya
Jum'at, 04 Mei 2018 11:33 WIB
MEDAN - Ujaran kebencian di Indonesia semakin menguat karena banyak hal. Beberapa diantaranya, pragmatisme elite politik, friksi politik 2014 yang belum selesai, kepentingan kelompok ekonomi yang terganggu akibat perubahan politik, friksi di lingkaran kekuasaan serta euforia penggunaan sarana media sosial.

Poin-poin penting itu diungkapkan Direktur Operasional Imparsial, Batara Ibnu Reza, saat menjadi pembicara dalam dialog bertema 'Ujaran Kebencian dalam Kontestasi Politik dan Ancaman Konflik Sosial' yang dilaksanakan Pusat Studi Hak Asasi Manusia (Pusham) Universitas Negeri Medan.

"Politik Indonesia masih menghalalkan segala cara untuk merebut kekuasaan. Ada juga polarisasi di masyarakat akibat politik kebencian yang digunakan tahun 2014 dan masih terus dimanfaatkan elite politik," kata Batara di Ruang Pusat Bahasa Unimed.

Sementara, lanjut Batara, implikasi menguatnya ujaran kebencian itu adalah dinamika politik, ekonomi dan keamanan, ancaman bagi demokrasi, HAM, kebhinnekaan dan kerukunan masyarakat serta menyuburkan paham radikalisme.

Lebih jauh ia menjelaskan, ujaran kebencian bentuk ekspresi yang bisa mendorong, menghasut orang lain untuk berbuat kekerasan terhadap anggota kelompok tertentu. "Intinya, ujaran kebencian bukan bagian dari kebebasan berekspresi," tegas Batara.

Selain Batara, hadir juga Kepala Pusham Unimed, Majda El Muhtaj, Rektor Unimed, Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, dan Ditreskrimsus Polda Sumut, Yossiar Simarmata.

Menurut Yossiar, ujaran kebencian sejatinya meliputi beberapa hal, seperti penghinaan, pencemaran nama baik, menghasut, menyebarkan berita bohong, penistaan dan lain lain.

"Bentuk hoax itu bisa tulisan dan gambar yang tujuannya untuk mencari sensasi," paparnya.

Berbeda dengan Batara dan Yossiar, Prof Syawal, menjelaskan penyebab munculnya ujaran kebencian tersebut.

Ia mengatakan, pendidikan menuntut orang untuk bertanggungjawab, namun orang yang menyebarkan ujaran kebencian, sama sekali tidak memiliki tanggung jawab.

"Ada empat medium agar tidak terjadi ujaran kebencian, yakni iman taqwa, akhlak, sehat jasmani dan rohani serta cerdas bernalar," jelas Prof. Syawal.

Lanjutnya, mengapa orang ingin menyampaikan ujaran kebencian. "Karena nalarnya tidak berjalan. Bernegara, berbangsa dan beragama juga harus bernalar. Jika nalar tidak jalan, maka akan lahir agama tanpa Tuhan," tuturnya.***

Editor:Wen
Sumber:Analisa
Kategori:Sumatera Utara, Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/