Salurkan Hobi, Guru SDN 24 Selatpanjang Ikut Sayembara Puisi di Line
Penulis: Safrizal
Guru tersebut bernama Fitri, asal dari Kota Dumai. Sekarang Fitri menetap di Selatpanjang dan telah memiliki 3 anak.
Saat ini perempuan yang mengaku hobi berpuisi, menulis cerpen, dan kegiatan senin lainnya itu mengajar di SDN 24 Gelora, Selatpanjang, Kepulauan Meranti.
Kata Fitri, sejak belajar di SD 014 Budi Dharma Dumai, ia telah sering mengikuti perlombaan puisi. Akvitiasnya dilanjutkan sampai ia ke jenjang MTs (MTs Al-Munawwarah Dumai) dan MAN Dumai yang pada akhirnya pindah ke SMA N 2 Tebingtinggi.
"Sudah banyak penghargaan yang saya raih saat ikut lomba puisi di Pekanbaru dan Dumai," ujar Fitri.
Hobi berpuisi itu pula terus berlangsung hingga ke bangku kuliah. Bahkan, Fitri pernah juara II lomba cipta puisi saat ia masih menuntut ilmu di Universitas Terbuka.
"Terakhir aktif berpuisi sekitar tahun 2014," ujarnya.
Diceritakan Cekgu Fitri, saat Meranti Ekspo 2014, ia pernah ikut lomba membaca puisi dan pada akhirnya kecewa dengan keputusan dewan juri. Karena, dewan juri memenangkan pembaca puisi yang ketika tampil membuang (melempar, red) kertas berisi puisi karya orang lain.
"Membuang kertas berisi karya orang lain sangat fatal. Tapi dia dimenangkan oleh juri. Sejak saat itu saya merasa kecewa," cerita Fitri.
Kekecewaannya tak berlangsung lama.
2017 lalu, Fitri mendapat informasi bahwa ada sayembara puisi. Informasi itu diperolehnya dari berita yang tampil di beranda Line. Fitri pun mencoba menghubungi nomor hp admin yang tertera di penguguman tersebut.
"Setelah saya hubungi, saya diminta mengirimkan beberapa puisi karya saya sendiri," kata Fitri.
Setelah itu, Fitri terpilih menjadi salah satu kontestan atau peserta sayembara puisi 2017. Lebih 100 orang digabungkan dalam satu group WhatsApp. Para peserta diminta aktif mengirimkan puisi atau aktif berliterasi (puisi).
"Dari lebih 100 orang se Indonesia, akhirnya terpilih finalis sekitar 40 orang. Pada akhirnya hanya 1 yang terbaik dan puisinya dibukukan. Pemenangnya berasal dari Jakarta," beber Fitri.
Puisi yang bagus akan diterbitkan di beranda Line dan bisa dibaca banyak orang.
Fitri mengakui kebehatan peserta-peserta sayembara puisi 2017. Mulai dari pemilihan tema, kosa kata, hingga pesan-pesan yang disampaikan sangat mengena. "Puisi mereka bagus-bagus, kata-katanya juga bagus," ungkap Fitri.
Ketika ditanya puisi apa saja yang sering dibuat, Fitri mengaku karyanya dihasilkan berdasarkan rasa. Banyak yang bisa menjadi inspirasi baginya untuk menulis puisi. Baik itu yang terdengar, terlihat, atau dirasakan sendiri.
"Tapi kalau lagi marah tak bisa buat puisi. Tak bisa fokus," ungkap Fitri.
Fitri bertekad akan terus mengasah hobinya itu. Ia pun berharap di Kepulauan Meranti rutin digelar lomba puisi tingkat umum yang bisa menjadi wadah bagi pecinta puisi untuk menampilkan karya-karya terbaiknya.
Berikut beberapa puisi yang dibuat Cekgu Fitri;
PiluDirelung sepi kurinduDiteparan sayap kurapuhTak kudengar lagi sayup-sayupPerlahan-lahan mulai redup
Ntah apa lagi yang tersisaHanya ada rasa dan asa
Bahkan waktu lelap pun ku masih terjagaKarena rusuh akan kelopak mataYang dari tadi kian menjelmaTapi tak kunjung reda..
Tanya ku semakin gundah gulanaIngin bertepi kelaut lepas Jangan satupun ada yang bertanya Ter asing diriku ingin bebas
Sejuk Seram Wanita MalamDisuatu pesta.. Pesta remang-remang Berduyun duyun Mereka seperti lalat... Ampun d..j.. kata mereka tanpa berdosa Mulai menikmati itu lagu yang mematikan Dia yang duduk di sebelah sana Kelihatan sangat kaku dan canggung Sebentar bentar mulai risih Dengan busana terawang sedikit seksi Mulai pasang aksiItu jurus nya yang bikin mampus itu si hidung belang Kerlap kerlip lampu discoMenutupi aksi mereka para sihidung belang Mata keranjang berpesta pora Dengan para wanita jalang Tapi sayang, beberapa antara mereka Ada yang terpaksa karena rupiah
Oh wanita... Kau rusak dirimuKau hancurkan masa depanmu Ini dunia sudah sangat tua! Apalagi kini yang tersisa? Padahal usiamu masih sangat muda Tapi harus rela dicumbu Dan dilumat mereka Apa ini? Sungguh semua tlah sirna Sungguh semua tiada berarti lagi Bagaikan bunga kembang tak jadi Padahal kau tau itu sangat suram Dan kelam namun tetap kau tempuh jua Oh sejuh seram wanita malam
Kategori | : | Pendidikan, Riau, GoNews Group |