Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Indonesia Tertinggal 0-2 dari China, Fadia/Ribka: Hasilnya Belum Sesuai
Olahraga
23 jam yang lalu
Indonesia Tertinggal 0-2 dari China, Fadia/Ribka: Hasilnya Belum Sesuai
2
Indonesia Tertinggal 0-1 dari China, Gregoria Sampaikan Permohonan Maaf
Olahraga
23 jam yang lalu
Indonesia Tertinggal 0-1 dari China, Gregoria Sampaikan Permohonan Maaf
3
Indonesia Gagal Juara Piala Uber 2024, Ester Sudah Tunjukkan Perlawanan Maksimal
Olahraga
18 jam yang lalu
Indonesia Gagal Juara Piala Uber 2024, Ester Sudah Tunjukkan Perlawanan Maksimal
4
Jalani Sosialisasi VAR, Skuat Pesut Etam Antusias
Olahraga
17 jam yang lalu
Jalani Sosialisasi VAR, Skuat Pesut Etam Antusias
5
Antusiasme Alberto Rodriguez Jajal Championship Series Lawan Bali United
Olahraga
17 jam yang lalu
Antusiasme Alberto Rodriguez Jajal Championship Series Lawan Bali United
6
Ciro Alves dan Pengorbanan Untuk Persib Bandung Catat Statistik Apik
Olahraga
17 jam yang lalu
Ciro Alves dan Pengorbanan Untuk Persib Bandung Catat Statistik Apik
Home  /  Berita  /  GoNews Group
Opini

Engkau Geram, tapi Engkau Tidak Tahu Jenderal!

Engkau Geram, tapi Engkau Tidak Tahu Jenderal!
Ilustrasi GoNews.co.
Minggu, 10 Desember 2017 11:11 WIB
Penulis: Yo Sugianto
JAKARTA - Kegeraman Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi terkait dua pemain muda, Evan Dimas dan Ilham Udin dikontrak Selangor FA, Malaysia mengundang keheranan. Bahkan jadi bahan tertawaan.

Edy Rahmayadi yang juga Pangkostrad itu mengatakan kalau mata duitan ya repot juga kita. Enggak ada jiwa nasionalisme, dan nanti ia segera mengumpulkan para pemain itu.

Pernyataan itu sungguh konyol, seharusnya tidak keluar dari seorang Ketua Umum PSSI. Apakah PSSI akan mengatur begitu jauh kehidupan dan masa depan seorang pemain sepakbola?

Masih banyak pemain yang gajinya belum dibayar oleh klubnya, dan PSSI seperti tutup mata saja. Apakah ini juga akan diurus secepatnya oleh PSSI, dengan memanggil klub yang melalaikan kewajibannya?. Apakah itu berarti klub tersebut membuat malu bangsa ini jika yang tertunggak gajinya itu pemain asing?.

Contoh terakhir adalah pemain asing yang gajinya sudah 5 tahun tidak dibayarkan yakni Shin Hyun-Joon asal Korea Selatan. Gaji pemain gelandang itu selama 3 bulan sebesar Rp 150 Juta masih ditunggak oleh PSMS Medan, klub yang baru naik kasta ke Liga 1. Kebetulan di klub ini Edy Rahmayadi menjadi Pembinanya.

Membenturkan nasionalisme dengan pilihan karier seorang pemain itu sungguh pemikiran yang mbelgedes. Jelas menunjukkan ketidaktahuan akan industri sepakbola yang makin pesat dan keinginan pemain untuk lebih berkembang dengan pengalaman berbeda.

Dari Malaysia misalnya, Saafi Sali bermain di Indonesia dan memberikan Piala AFF untuk negaranya. Belum lagi bicara bintang top sepreti Cristiano Ronaldo yang bermain di beberapa klub elit Eropa dan mempersembahkan Piala Eropa untuk Portugal. Mesut Oezil, Sami Khedira bermain di luar Jerman dan berperan mendatangkan Piala Dunia.

“Siapa mereka? Seenaknya saja mengontrak-ngontrak,” kata Edy Rahmayadi pula saat melampiaskan geramnya.

Apakah PSSI juga akan memberi teguran kepada klub Selangor FA, bahkan memanggilnya untuk diomeli?. Tentu mustahil, kecuali jika memang mau membikin malu Indonesia. Membanting martabat PSSI, yang dalam kepengurusan Edy Rahmayadi mengusung jargon “Profesional dan Bermartabat.”

Pernyataan “Nanti akan saya kumpulkan segera,” juga memberi kesan tekanan psikologis kepada para Evan Dimas dan Ilham Udin, serta para pemain muda lainnya yang akan atau mendapat tawaran berkarier di luar negeri. Serem juga ketika gaya militer yang muncul dari seorang pemimpin saat gagal menemukan cara pendekatan yang lebih mengena. Dipanggil jenderal lho hanya karena mendapat kesempatan bermain di klub luar negeri, dan dapat gaji besar.

Bagaimana dengan ketakutan sang jenderal jika sang lawan mampu membaca teknik kedua pemain timnas Indonesia U-23 itu?. Ah, ini pasti salah ucaplah. Apakah Malaysia dan negara lainnya tidak bisa menganalisa permainan timnas U-23 kita dari youtube, rekaman televisi atau mengirim timnya?.

Brazil mengekspor ratusan pemainnya ke seluruh dunia berhasil menyabet Piala Dunia sebanyak lima kali. Inggris yang jadi tanah harapan pesepakbola manapun karena liga terhebatnya tidak kunjung mampu mengangkat piala Eropa, apalagi Piala Dunia sejak 1966 lalu.

Sebaiknya Edy Rahmayadi fokus pada hal-hal lain yang lebih penting untuk kemajuan sepakbola nasional seperti kompetisi yang jadi dagelan, peningkatan kinerja organisasi, kualitas wasit dan lainnya. Setelah itu, timnas Indonesia menorehkan prestasi lebih bagus, dan tak perlu lagi meragukan nasionalisme para pemain.

Meski pemain bukan prajurit, tak perlu meragukan nasionalisme mereka terhadap negaranya, jenderal. Yo Sugianto, Pengamat Sepakbola Indonesia, Penulis dan Penyair

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:DKI Jakarta, Olahraga, Pemerintahan, Peristiwa, GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/