Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Aditya Bagus Arfan Tuntaskan Misi di Pertamina Indonesian Grand Master Tournament 2024
Olahraga
18 jam yang lalu
Aditya Bagus Arfan Tuntaskan Misi di Pertamina Indonesian Grand Master Tournament 2024
2
Digosipkan Pacari Putri Zulkifli Hasan, Venna Melinda Dukung Verrel Bramasta
Umum
14 jam yang lalu
Digosipkan Pacari Putri Zulkifli Hasan, Venna Melinda Dukung Verrel Bramasta
3
Tom Holland dan Zendaya Rahasiakan Persiapkan Pernikahan
Umum
14 jam yang lalu
Tom Holland dan Zendaya Rahasiakan Persiapkan Pernikahan
4
Kadis Nakertransgi: Pemprov DKI Berkomitmen Tingkatkan Kesejahteraan Pekerja
Pemerintahan
17 jam yang lalu
Kadis Nakertransgi: Pemprov DKI Berkomitmen Tingkatkan Kesejahteraan Pekerja
5
Prilly Latuconsina Bikin Film Horor 'Temurun' Jadi Ajang Fun Run
Umum
14 jam yang lalu
Prilly Latuconsina Bikin Film Horor Temurun Jadi Ajang Fun Run
Home  /  Berita  /  Umum

RTRW Mengambang, Elviriadi: Riau di Gerbang Keruntuhan Ekologis

RTRW Mengambang, Elviriadi: Riau di Gerbang Keruntuhan Ekologis
DR Elviriadi MSi
Kamis, 07 Desember 2017 14:34 WIB
Penulis: Safrizal
SELATPANJANG - Tarik ulur Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Riau antara pemerintah pusat dengan Pemprov Riau kembali mendapat sorotan Pakar Lingkungan Riau, DR Elviriadi SPi MSi. Menurutnya ini bisa membuat Provinsi Riau berada di gerbang keruntuhan ekologis.

Seperti pemberitaan sebelumnya, Ranperda RTRW Riau belum diterima KLHK. KLHK minta syarat adanya studi lingkungan (kajian lingkungan hidup strategis). Menanggapi itu, Elviriadi yang juga ketua umum Badan Koordinasi Muballigh Indonesia (Bakomubin) Riau menilai tidak akan efektif.

"Permintaan KLHK itu hanya sebagai bargaining. Kok bisa studi belakangan, lahan dah dikapling-kapling, dieksekusi, dah dikebas orang. Kan tak lucu," ungkap aktivis 98 itu saat berbincang-bincang dengan GoRiau, Kamis (7/12/2017).

RTRW di rantau ini  sudah kacau balau alias crowded. Sejak hancurnya hutan tanah ulayat dengan keluarnya undang undang pemerintahan desa, maka tata kelola ruang, hutan, sumber daya alam, konservasi air, satwa, semua jadi bekecai harai (berantakan).

Diakui Elviriadi, kemarin ia diminta bicara oleh Pengurus Daerah Aliansi Masyarakat adat Nusantara (AMAN) Kabupaten Kampar soal tanah ulayat. Di Kampar Kiri sampai Domo, tanah ulayat sudah dirampas perusahaan.

"Makanya, kalau berkeliling pakai helikopter terbang rendah, tak nampak lagi hutan hujan tropis yang dipelihara tetua Melayu dulu," ujar Elviriadi, Rabu (6/12/2017).

Sebagai ilmuan, Elviriadi mengaku hanya bisa mengingatkan Jokowi agar segera membuat platform nasional penyelamatan lingkungan. Jangan sampai membangun sambil merobohkan.

"Nyatanya, cagar biosfer Giam Siak Kecil makin hari tambah kecil. Begitu juga suaka margasatwa Bukit Batu, suaka margasatwa Rimbang Baling, taman nasional, hutan adat, semua dirambah menuju padang tekukur," ungkapnya.

Hasil risetnya tentang arah kebijakan ekologi politik di Sumatra dan Kalimantan, menunjukkan bahwa negara masih mengandalkan industri ekstraktif berbasis sumber alam, khususnya hasil hutan kayu.

"Nah, walau sudah makan asap, banjir, longsor, tetap saja orang tak peduli, makanya Riau ini berada di gerbang keruntuhan ekologis," cetus anak watan Kepulauan Meranti itu.

Sementara untuk solusinya, menurut Elvi ini sudah rumit. Memang setiap makin akhir zaman, kerusakan lingkungan dan moral umat manusia makin parah. "Jadi, banyak banyak berzikir ajalah," pungkas Dosen UIN Suska Riau itu di akhir bincang-bincang. ***

Kategori:Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/