Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Start Awal Urutan 21, Qarrar Firhand Finish di Podium 3
Olahraga
12 jam yang lalu
Start Awal Urutan 21, Qarrar Firhand Finish di Podium 3
2
Pelatih Timnas Wanita Panggil 34 Pemain Uji Coba Lawan Singapura
Olahraga
12 jam yang lalu
Pelatih Timnas Wanita Panggil 34 Pemain Uji Coba Lawan Singapura
3
Soal VAR, Ini Proses Persetujuan Dari FIFA
DKI Jakarta
12 jam yang lalu
Soal VAR, Ini Proses Persetujuan Dari FIFA
4
Aura Positif Ruang Ganti Persib Bandung Jelang Final Championship Series
Olahraga
12 jam yang lalu
Aura Positif Ruang Ganti Persib Bandung Jelang Final Championship Series
5
Ada Rekayasa Lalin di Dua Ruas Jalan Ini Mulai 22-26 Mei 2024
Umum
10 jam yang lalu
Ada Rekayasa Lalin di Dua Ruas Jalan Ini Mulai 22-26 Mei 2024
6
Dispusip DKI Rilis Buku Pemenang Hari Anak Jakarta
Umum
10 jam yang lalu
Dispusip DKI Rilis Buku Pemenang Hari Anak Jakarta
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Wakil Ketua MPR Ajak Broker Jaga Pancasila

Wakil Ketua MPR Ajak Broker Jaga Pancasila
Istimewa.
Rabu, 29 November 2017 11:50 WIB
JAKARTA - Di hadapan ratusan broker yang terhimpun dalam Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI), Wakil Ketua MPR Oesman Sapta mengatakan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia sudah final.

"Pancasila adalah payung bagi semua," ujarnya, Rabu (29/11/2017) di Jakarta.

Sebagai payung bagi semua maka Pancasila bisa menolak intervensi ideologi asing yang bertentangan. "Bangsa kita dikeroyok ideologi lain namun untung ada Pancasila. Saya meminta broker juga ikut menjaga Pancasila," tambahnya.

Dikatakan, saat ini kita sedang mencari pahlawan yang bisa mensejahterakan rakyat. Dirinya mengajak pada semua untuk membangun bangsa untuk memperbaiki perekonomian.

"Salah satu pihak yang ikut menentukan pembangunan ekonomi adalah asosiasi broker," ujarnya.

Dikatakan di Eropa dan Singapura, keberadaan broker disegani. "Broker bukan hanya penghubung antara penjual dan pembeli namun juga sebagai pelindung," ungkapnya.

Dari sinilah maka nilai broker sangat tinggi. Ia membandingkan di Singapura dengan jumlah penduduk 3 juta jiwa namun memiliki broker 28.000, sedang di Indonesia dengan penduduk 250 juta jiwa, broker tak lebih dari 1 juta.

"Sepertinya ada kesalahan sistem. Sudah 20 tahun kok baru segitu? Kalian terlalu sabar dan pasrah," tambahnya.

Hal demikian menurut Oesman Sapta tak boleh terjadi. Sebagai perantara antara penjual dan pembeli, broker harus mendaftarkan diri pada organisasi yang resmi.

"Kalau tidak berarti ia broker gelap sehingga yang dijual juga barang gelap," ungkapnya.

Di tengah massifnya pembangunan rumah, menurut Oesman Sapta, kehadiran broker dibutuhkan masyarakat. "Jadi peluang broker sangat tinggi," ujarnya.***

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:GoNews Group, Peristiwa, Pemerintahan, Politik, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/