Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
Umum
14 jam yang lalu
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
2
Srikandi PLN dan Bhayangkari, Berbagi Cahaya Pengetahuan Listrik untuk Masyarakat
Pemerintahan
12 jam yang lalu
Srikandi PLN dan Bhayangkari, Berbagi Cahaya Pengetahuan Listrik untuk Masyarakat
3
Senator Dailami Ingin Pemprov DKI Segera Bangun RSUD Tipe B di Kepulauan Seribu
DPD RI
12 jam yang lalu
Senator Dailami Ingin Pemprov DKI Segera Bangun RSUD Tipe B di Kepulauan Seribu
4
Tampil di Kandang, Borneo FC Lebih Percaya Diri Hadapi Madura United FC
Olahraga
13 jam yang lalu
Tampil di Kandang, Borneo FC Lebih Percaya Diri Hadapi Madura United FC
5
Hadapi Borneo FC di Leg Kedua Semifinal, Rakhmat Basuki: Ada Energi Positif
Olahraga
13 jam yang lalu
Hadapi Borneo FC di Leg Kedua Semifinal, Rakhmat Basuki: Ada Energi Positif
6
Cadenazzi Optimistis Borneo FC Catat Hasil Positif
Olahraga
13 jam yang lalu
Cadenazzi Optimistis Borneo FC Catat Hasil Positif
Home  /  Berita  /  Sumatera Utara

Akhirnya, Bank Indonesia Turunkan Bunga Acuan Sebesar 25 Basis poin Jadi 4.5%

Akhirnya, Bank Indonesia Turunkan Bunga Acuan Sebesar 25 Basis poin Jadi 4.5%
Jum'at, 25 Agustus 2017 10:04 WIB
Penulis: Wen
MEDAN-Bank Indonesia akhirnya memutuskan untuk menurunkan bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 4.5%. Keputusan tersebut diambil setelah sebelumnya Bank Sentral AS tidak mengambil langkah menaikkan suku bunga acuan. Demikian dikatakan Pengamat Ekonomi Sumut, Gumawan Benyamin kepada wartawan hari ini.
 

“Penurunan suku bunga BI 7 Days Repo Rate tersebut tentunya memberikan harapan agar terciptanya suku bunga kredit yang lebih bersaing,” katanya.
 
Artinya dengan penurunan suku bunga tersebut, suku bunga pinjaman diharapkan bisa turun. Saya menilai kebijakan yang diambil BI tersebut memiliki multiplier effect positif terhadap perkembangan ekonomi nasional kedepan, mengingat kita saat ini tengah berjibaku pada perlambatan ekonomi meskipun sudah ditopang oleh belanja infrastruktur yang besar.
 
“Kalau mengenai proses pengambilan kebijakan. Saya pikir BI timingnya sudah tepat. Alasan pertama Gejolak eksternal khususnya dari AS terkait dengan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan tidak terjadi pada rapat dewan gubernur Bank Sentral AS sebelumnya. Kedua, dari sisi ekonomi domestik kita membutuhkan dukungan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu diciptakan dari suku bunga yang telah disesuaikan turun tersebut,” paparnya.
 
Dia menjelaskan walau demikian, kita tidak bisa menafikan kalau penurunan suku bunga acuan tersebut tidak serta merta akan diikuti dengan penurunan suku bunga kredit dalam besaran presentasi penurunan yang sama. Ini yang terkadang menjadi timpang. Dunia usaha itu berharap kalau bunga turun, maka kredit bunganya langsung menyesuaikan.
 
“Tapi faktanya kan tidak semudah itu. Memang ada banyak faktor yang mempengaruhi. Oleh karena itu sebaiknya jika pemerintah ingin memperbaiki daya beli masyarakat. Bauran kebijakan dibutuhkan disini. Misalkan bunga acuan sudah diturunkan. Maka selanjutnya adalah kebijakan mempermudah masyarakat dalam meningkatkan konsumsi atau investasinya,” ungkapnya.
 
Dia menjelaskan seperti menurunkan aturan DP (down payment/loan to value) pembelian rumah dan kendaraan. Hal ini bisa mendongkrak daya beli masyarakat. Jadi sekalipun bunga acuan turun, namun akselerasi konsumsi rumah tangga bisa diperbaiki lebih cepat ketimbang menunggu penyesuaian bunga pinjaman dari Bank. Saya memperkirakan Bank baru akan menyesuaikan bunga pinjaman di 3 bulan mendatang paling cepat.
 
“Saya menilai memang sudah seharusnya bunga acuan itu diturunkan. Mengingat hingga akhir tahun dan mungkin di tahun selanjutnya. Kita mampu mengendalikan inflasi dalam rentang nilai yang sangat rendah. Jadi wajar saja bunganya rendah. Meskipun ada kekuatiran kenaikan suku bunga acuan Bank sentral AS atau The FED. Tetapi jika kita mampu mengelola makro ekonomi dengan baik, maka kita tidak perlu mengkuatirkan kenaikan bunga bank sentral AS tersebut,” paparnya.
 
Dia menambahkan memang berpotensi memicu capital outflow, dikarenakan adanya perbedaan suku bunga (interest rate differential) yang melebar. Namun semua itu bisa diminimalisir jika kita mampu memberikan iklim investasi yang baik dan makro ekonomi yang terjaga. Terlebih kita sebelumnya juga sudah mendapatkan peringkat layak investasi dari S&P.
 
“Jadi sebenarnya kita tidak melulu harus mengacu kepada Bank Sentral AS yang memangs ampai saat ini kebijakan suku bunganya mempengaruhi likuiditas keuangan dunia,” tambahnya.

Editor:Wen
Kategori:Sumatera Utara, Ekonomi
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/