Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
Umum
19 jam yang lalu
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
2
Tampil di Kandang, Borneo FC Lebih Percaya Diri Hadapi Madura United FC
Olahraga
19 jam yang lalu
Tampil di Kandang, Borneo FC Lebih Percaya Diri Hadapi Madura United FC
3
Senator Dailami Ingin Pemprov DKI Segera Bangun RSUD Tipe B di Kepulauan Seribu
DPD RI
17 jam yang lalu
Senator Dailami Ingin Pemprov DKI Segera Bangun RSUD Tipe B di Kepulauan Seribu
4
Srikandi PLN dan Bhayangkari, Berbagi Cahaya Pengetahuan Listrik untuk Masyarakat
Pemerintahan
17 jam yang lalu
Srikandi PLN dan Bhayangkari, Berbagi Cahaya Pengetahuan Listrik untuk Masyarakat
5
Hadapi Borneo FC di Leg Kedua Semifinal, Rakhmat Basuki: Ada Energi Positif
Olahraga
18 jam yang lalu
Hadapi Borneo FC di Leg Kedua Semifinal, Rakhmat Basuki: Ada Energi Positif
6
Cadenazzi Optimistis Borneo FC Catat Hasil Positif
Olahraga
18 jam yang lalu
Cadenazzi Optimistis Borneo FC Catat Hasil Positif
Home  /  Berita  /  Sumatera Utara

Pengamat Politik: Otonomi Partai Belum Terjadi di Indonesia, Keputusan Didominasi DPP dan Ketum

Pengamat Politik: Otonomi Partai Belum Terjadi di Indonesia, Keputusan Didominasi DPP dan Ketum
Rabu, 23 Agustus 2017 13:07 WIB

MEDAN-Otonomi partai di daerah (provinsi/kabupaten/kota) dalam menentukan kepengurusan, khususnya posisi ketua belumlah menjadi tradisi di Indonesia. Dewan pimpinan pusat (DPP), termasuk hak khusus ketua umum masih menjadi penentu siapa yang duduk sebagai ketua partai di daerah.

Musyawarah daerah (musda), musyawarah wilayah (musda) atau musyawarah cabang/konferda, apapun namanya hanya sebagai seremonial untuk mengesahkan keputusan DPP atau ketua umum. Maka, tak jarang ketua partai yang terpilih di daerah adalah mereka yang mendapat rekomendasi DPP, meskipun bukan kader/pengurus.

Menurut pengamat politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Henri Sitorus, seharusnya dewan pimpinan pusat tak harus mengambil porsi besar dalam menentukan kepengurusan partai di daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

"Partai politik adalah salah satu simbol demokrasi di Indonesia. Namun hal ini tak diikuti dengan praktek demokrasi di internal partai itu sendiri. Partai politik masih menganut tradisi center base. Ada apa-apa ditetapkan oleh ketua umum. Tradisi partai politik kita yang sedang dibangun namanya demokrasi, namun keputusan-keputusan domokratis itu belum banyak terjadi di partai itu sendiri,” kata Henri.

Menurut doktor bidang kajian politik alumni Australian National University (ANU) ini, di daerah, semua itu ditentukan dan menjadi urusan DPP, khususnya dalam menentukan ketua DPD.

“Jadi, tradisinya itu masih top down. Keputusan-keputusan top itu masih datang dari top leader dan tak demokratis," lanjutnya.

Ia pun mencontohkan beberapa tradisi partai yang keputusan belum datang dari bawah, namun masih top down. Partai Gerindra, misalnya, Prabowo Subianto selaku pendiri, sekaligus ketua umum masih punya posisi central dalam memilih ketua DPD.

"Partai mana yang demokratis jika kita melihat tradisi partai seperti ini. Partai politik kan mempunyai fungsi, salah satunya rekrutmen pemimpin publik. Nah, jadi dia (partai) bertugas menyiapkan pemimpin-pemimpin publik yang akan diusung di pemilihan nanti," jelas sosiolog yang juga pengajar ekologi politik ini.

Staf pengajar di Pasca Sarjana bidang Ilmu Ekologi Politik USU ini juga pun menyinggung proses Musdalub DPD Hanura Sumut yang baru saja memilih Kodrah Shah sebagai ketua menggantikan Tuani Lumbantobing yang dipecat DPP.

“Kita lihat saja Musdalub DPD Hanura kemarin. Memang prosesnya dilakukan melalui musyawarah, namun ada rekomendasi di situ, yang datang langsung dari ketua umum partai," jelasnya.

Menurut Henri, sudah saatnya partai mulai berbenah dan benar-benar menjadi sebuah simbol demokrasi. Mulai menciptakan kader dari sruktur paling bawah dan bertahap, lalu menjadi pengurus teras DPD maupun DPP.

“Hal ini akan secara otomatis menciptakan kader-kader partai yang berkompeten di bidang politik untuk diusung di setiap pencalonan,” tutup Henri.

Editor:Wen
Sumber:medanbisnis
Kategori:Sumatera Utara, Politik
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/