Krisis Cabai, Masyarakat Riau Harus Siapkan Uang Rp115 Ribu per Kilogram untuk Makan Pedas
Penulis: Ratna Sari Dewi
Sejauh ini, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Riau hanya bisa berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk melaporkan kondisi terkini Riau yang turut terimbas krisis cabai.
"Kami sudah komunikasikan kepada pemerintah pusat. Bahkan setiap hari kami laporkan. Kebijakan impor cabai sepenuhnya di tangan mereka," kata Kadisperindag Provinsi Riau, Muhammad Firdaus kepada GoRiau.com di Pekanbaru, Jumat (11/11/2016).
Hal ini pun dibenarkan oleh Humas Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional Riau Kepri, Hendra Gunafi yang mengaku sama sekali belum mendapat arahan ataupun izin impor cabai untuk mengintervensi harga cabai di pasar.
"Hampir semua daerah kekurangan, bukan kita saja. Kalau mau impor luar negeri, kami belum punya izin dari pihak terkait," ungkap Hendra Gunafi.
Seperti diketahui, harga cabai sebelumnya Rp80 ribu, per kilogramnya di Pekanbaru. Harga ini semakin naik tak terkendali hingga menyentuh angka Rp115 ribu per kilogram. Hal ini senada diungkapkan oleh Rahma (30), salah satu IRT yang senantiasa berbelanja di Pasar Rumbai Pekanbaru.
"Awalnya Rp85 ribu sekilo, sekarang sudah Rp115 ribu. Masak dalam dua hari langsung melonjak tinggi sekali. Kami sudah terbiasa makan pedas, tidak bisa kalau tidak pedas," tutur Rahma.
Sementara itu selain mencekik pembeli, ternyata ini membuat pedagang kesulitan. Contohnya saja pedagang di Pasar Pagi Tanjungharapan Selatpanjang, mereka mengakut kesulitan menjual cabai merah dengan harga tinggi, sebab minat beli masyarakat pasti menurun.
Hal itu sebagaimana diakui Niar (30) salah seorang pedagang cabe di Tanjungharapan, Selatpanjang. Kata Nur, pribadinya sebagai pedagang, Ia ingin harga cabe tetap murah. Sebab, selalin mempermudah masyarakat membeli, juga gampang menjualnya. "Kalau harga cabe mahal kami sulit menjualnya," aku Niar. ***
Kategori | : | Ekonomi, Riau, Pemerintahan |