Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Semangat Claudia Scheunemann untuk Garuda Pertiwi
Olahraga
9 jam yang lalu
Semangat Claudia Scheunemann untuk Garuda Pertiwi
2
Borneo FC Jalani Latihan Perdana Hadapi Championship Series
Olahraga
8 jam yang lalu
Borneo FC Jalani Latihan Perdana Hadapi Championship Series
3
Bali United Fokus Persiapan Leg Pertama Championship Series
Olahraga
8 jam yang lalu
Bali United Fokus Persiapan Leg Pertama Championship Series
4
Elias Dolah Ingin Belajar Surfing
Olahraga
8 jam yang lalu
Elias Dolah Ingin Belajar Surfing
5
Tak Kesulitan Adaptasi, Sonny Stevens Pernah Jadi Striker
Olahraga
8 jam yang lalu
Tak Kesulitan Adaptasi, Sonny Stevens Pernah Jadi Striker
6
Ketum PITA: Tiga Penghargaan Bappenas Bukti Kinerjanya Heru di DKI Moncer
Pemerintahan
9 jam yang lalu
Ketum PITA: Tiga Penghargaan Bappenas Bukti Kinerjanya Heru di DKI Moncer
Home  /  Berita  /  Ekonomi

Harga Meroket, Pembeli dan Pedagang Cabe Merah di Kepulauan Meranti Sama-sama Mengeluh

Harga Meroket, Pembeli dan Pedagang Cabe Merah di Kepulauan Meranti Sama-sama Mengeluh
Ilustrasi pedagang cabe - foto internet
Senin, 07 November 2016 22:26 WIB
Penulis: Safrizal
SELATPANJANG - Ketika harga cabe tinggi (naik), tak hanya konsumen atau pembeli yang merasa kesulitan, ternyata pedagang di Pasar Pagi Tanjunghaapan Selatpanjang juga mengalami hal yang sama. Pedagang kesulitan menjual cabe merah dengan harga tinggi, sebab minat beli masyarakat pasti menurun.

Hal itu sebagaimana diakui Niar (30) salah seorang pedagang cabe di Tanjungharapan, Selatpanjang. Kata Nur, pribadinya sebagai pedagang, Ia ingin harga cabe tetap murah. Sebab, selalin mempermudah masyarakat membeli, juga gampang menjualnya. "Kalau harga cabe mahal kami sulit menjualnya," aku Niar.

Baca Juga: Buset, Harga Cabe Merah di Kepulauan Meranti Tembus Rp110 Ribu Perkilogram

Kata Niar lagi, kalau saat harga cabe merah mahal seperti sekarang, masyarakat yang biasanya membeli banyak, akan mengurangi (belanjaannya, red). Biasanya masyarakat membeli di atas satu kilogram, kini membeli cabe merah kurang dari satu kilogram. "Sekarang berkurang di bawah satu kilogram. Tak sedikit pula yang membeli per ons," beber Niar.

Baca Juga: Pulang dari Pasar, Ibu-ibu di Siak Mengeluh Harga Cabe Capai Rp110 ribu perkilogram

Seperti yang terjadi minggu pertama Oktober 2016 ini, kata Niar lagi, ini murni karena faktor bencana alam. Dimana, ada daerah pemasok (Jawa dan Sumbar, red) sedang mengalami kebanjiran. Menurut Niar juga, memainkan harga cabe dengan cara penimbunan tidak akan terjadi. Sebab, menurut perempuan usia 30 tahun itu, cabe tidak sama dengan bawang. "Kalau cabe ditimbun, ya busuk. Tidak sama dengan bawang," ujar Niar.

Baca Juga: Baca Juga: Diseprindag Sebut Kurangnya Pasokan Membuat Harga Cabe di Duri Melambung Jalan Lintas Timur Sumatera Macet Total, Harga Cabe Merah Sumatera Barat di Mandau Naik

Sementara ketika ditanya kapan biasanya harga cabe merah akan normal, Niar menuturkan terpaksa harus menunggu panen berikutnya. Sebab, harga akan susah distabilkan andai hasil produksi barang terjadi penurunan. "Untuk harga normal, kita tunggu saja hasil panen berikutnya," kata Niar. ******#Semua Berita Kep Meranti, Klik di Sini

Kategori:Ekonomi
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/