Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Borneo FC Kecewa Gagal Ke Final, Akui Permainan Tak Sesuai Harapan
Olahraga
15 jam yang lalu
Borneo FC Kecewa Gagal Ke Final, Akui Permainan Tak Sesuai Harapan
2
Dua Klub Pastikan Lolos Ke Babak Final Championship Series BRI Liga 1 2023/24
Olahraga
15 jam yang lalu
Dua Klub Pastikan Lolos Ke Babak Final Championship Series BRI Liga 1 2023/24
3
Tak Ada Insiden Saat Madura United FC Kembali Ke Hotel
Olahraga
15 jam yang lalu
Tak Ada Insiden Saat Madura United FC Kembali Ke Hotel
4
Jakpro Helat TIM Art Festival Mulai 30 Mei 2024
Umum
14 jam yang lalu
Jakpro Helat TIM Art Festival Mulai 30 Mei 2024
5
Sebagai PSN Pembangunan LRT Jakarta Fase 1B Harus Didukung
Pemerintahan
14 jam yang lalu
Sebagai PSN Pembangunan LRT Jakarta Fase 1B Harus Didukung
6
Arema FC Evaluasi Pemain Asing Dan Pulangkan Pemain Muda
Olahraga
14 jam yang lalu
Arema FC Evaluasi Pemain Asing Dan Pulangkan Pemain Muda
Home  /  Berita  /  DKI Jakarta

Angkat Cerita Suku Sakai, Riau Raih Penata Musik Unggulan di Tingkat Nasional

Angkat Cerita Suku Sakai, Riau Raih Penata Musik Unggulan di Tingkat Nasional
Parade tari nasional di TMII Jakarta. (humas)
Selasa, 27 September 2016 15:44 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Peserta parade musik daerah ke-5 tingkat nasional dari Provinsi Riau terpilih sebagai  5 terbaik bersama dengan Provinsi Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Sulawesi Tengah yang berlangsung di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta 24 September 2016.

Riau yang diisi kalangan pelajar itu menyabet gelar juara kategori penata musik unggulan. Yang patut dibanggakan adalah para pesaingnya peserta parade musik daerah dari provinsi lain dimainkan oleh kalangan remaja, dewasa hingga tua yang lebih berpengalaman. Namun berkat kekompakan dalam memainkan musik berpaduan antara alat moder dan tradisional, ditambah lagi cerita yang dibawakan begitu menyentuh, anak-anak Riau ini begitu manarik perhatian penonton dan terutama dewan juri.   

Dalam parade tersebut, kelompok musik 'Muara' binaan dari SMP Negeri 1 Pekanbaru bekerjasama dengan UPT Anjungan Riau mewakili Provinsi Riau memainkan musik sambil menceritakan kehidupan suku asli pedalaman Riau yaitu suku Sakai. Dimana saat ini mereka tengah berjuang untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya yang semakin memprihatinkan karena hutan tempat mereka tinggal dan melangsungkan hidup terus dijarah dan dibakar oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab dan hanya mencari keuntungan pribadi dan kelompoknya.

Kepala UPT. Anjungan Riau TMII Badan Penghubung Provinsi Riau Cecep Iskndar mengapresiasi penampilan anak-anak Riau yang masih mudah belia, karena tampil sungguh luar biasa dalam memainkan musik tradisional daerah dengan menyambet gelar juara.

"Selain anak-anak ini masih muda, saya lihat sangat potensial. Oleh karena itu, mari kita bahu membahu bekerja sama untuk mendukung dan turut melestarikan budaya-budaya Riau dengan melakukan pembinaan dini terhahadap sekolah-sekolah di Riau,’’ ucap Cecep yang ikut langsung menyaksikan memberikan semangat kepada anak-anak mudah Riau tersebut.

Selain memgarumkan dan membawa nama baik Riau di kancah nasional, menurut Cecep juga menjadi momementum bagi Riau untuk mempromosikan dan melestarikan budaya kepada masyarakat luas.

"Ke depan Diperlukan kordinasi antar berbagai pihak agar kegiatan seperti ini dapat kita fasilitasi semaksimal mungkin, sehingga Riau tampil lebih baik dan menjadi yang terbaik di ivent-ivent nasional berikutnya," ungkapnya.

"Di karya musik ini, kami ingin menyuarakan suara-suara suku pedalaman Riau, yaitu suku Sakai yang mungkin selama ini hidupnya kurang diperhatikan. Terutama mengenai alam dan hutan mereka yang selalu digerus demi kepentingan tertentu," tambah penata musik, Jimmi Wijaya atau biasa disapa Jimmi Jangkrik.

Jimmi menjelaskan, pertunjukan yang dibawakan oleh anak didiknya ini diadopsi langsung dari musik tradisional dari suku Sakai itu sendiri yaitu Olang-olang. Dimana musik Olang-olang musik ini telah diekplorasi dan ditata sebaik dan semenarik mungkin sehingga menjadi sebuah karya inovatif dan mendapat apresiasi yang cukup baik dari seluruh penonton.

Jimmi menuturkan, banyak pesan yang disampaikan dalam pertunjukan musik yang berdurasi 7 menit itu, mulai dari keserakahan manusia terhadap penjarahan alam, hingga minimnya perhatian pemerintah terhadap suku pedalaman sehingga membuat kesenjangan sosial terus meningkat. "Sebab, pada tahun 2013 lalu saya sudah melakukan penelitian sekaligus observasi terhadap suku Sakai yang berada di Kecamatan Kandis," ulasnya.

Dia berharap, suara dan pesan suku pedalaman maupun masyarakat terpinggirkan ini yang disampaikan melalui sebuah karya musik hendaknya mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan menimbulkan kesadaran masyarakat untuk menjaga keragaman suku dan budaya.

Selain itu, Jimmi juga berharap upaya yang dilakukan kelompok musik pimpinan dia ini mendapat dukungan terutama kepada instansi terkait dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Dinas Parekraf) dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Riau agar memberi dukungan penuh agar dapat mengembangkan diri dan menunjukkan ke masyarakat Indonesia bahwa sangat banyak generasi muda yang peduli terhadap alam dan budaya.

"Kami sangat beraharap terutama kepada instansi terkait untuk selalu memberi motivasi dan dukungan dan memberi kesempatan kepada kami, Agar siswa-siswi yang tergabung dalam kelompok musik ini dapat mengembangkan diri dan membuktikan bahwa masih banyak anak muda yang bangga dan cinta terhadap musik tradisional mereka," pungkasnya. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/